12 Agustus 2009

Antara Mahabbah Syaithoniyyah dan Mahabbah Imaniyyah

Mahabbah syaithoniyyah (cinta yang didorong oleh nafsu setan) terjadi jika hubungan yang terjalin antara dua insan berjalan tidak wajar dan membawanya dalam kondisi yang serba tidak menentu, khwatir dan lemah, sehingga ketika dalam sholatpun ia masih mengingat dan merasakan kehadirannya. Ia tidak suka apabila sahabatnya berkenalan dengan orang lain atau bergaul dengan orang lain, benci dengan setiap orang yang mau menjalin hubungan dengannya.

Model cinta seperti ini bukanlah cinta imani, melainkan cinta syaithoni yang lebih mendekati al 'isyq (cinta buta) yang dibangun di atas keakraban belaka, penampilan luar, paras muka dan semisalnya. Cinta semacam ini justru akan menjerumuskan ke dalam kenistaan, permusuhan, dan sikap saling menjauhi.

Walaupun ukuhwwah begitu penting dan mengandung berbagai kebaikan, namun Islam senantiasa menganjurkan untuk memposisikan segala seuatu dalam kerangka yang proporsional. Sikap berlebihan (ekstrim) tdk dapat diterima dalam bentuk apapun, ia merupakan sikap abnormal dan dapat menjerumuskan ke dalam kenistaan dan kelalaian.

Ukhuwwah islamiyyah adalah hubungan alami sesuai dengan fitrah yang tidak menyimpang menjadi nafsu syahwat, dan tidak pula menjadikan seseorang tergila-gila, bahkan tidak sampai pada batas di mana pribadi seseorang lebur dalam diri sahabatnya. Jika sampai pada kondisi ini maka ukhuwwah telah kehilangan keseimbangan dan keluar dari kaidah syari'at, terkontaminasi (baik sengaja atau tidak) oleh perasaan dan dorongan manusiawi yang amat halus dan terselubung. Namun perjalanan waktu akan menyingkap tabir itu dan menampakkan kenyataan. Orang bijak adalah yang cepat bergerak sebelum terlambat, seperti orang yang berjalan di tepi jurang, nayris terjerumus ke dalam dasarnya yang teramat dalam.

Oleh karena itu hendaknya setiap insan membangun tali uhuwwah sesuai dengan pandangan dan konsep ajaran Islam, jujur dengan diri sendiri, mengikat naluri dengan rasio, dan menerangi rasio dengan petunjuk Islam. Jangan memandang sebelah mata terhadap dosa-dosa kecil, karena ia merupakan jalan menuju dosa-dosa besar.

(Dikutip dari buku "Fi Riyadhil Ukhuwwah - Mufsidatul Ukhuwwah" oleh Abu 'Ashim Hisyam.

0 komentar:

Posting Komentar